Scroll untuk baca artikel
Bekasi RayaBeritaPeristiwa

Cerita Pilu di Bulan Ramadhan, Banjir Kembali Merendam Rumah Warga Cikarang ‘Saya Pasrah’ 

170
×

Cerita Pilu di Bulan Ramadhan, Banjir Kembali Merendam Rumah Warga Cikarang ‘Saya Pasrah’ 

Sebarkan artikel ini

Triberita.com, Kabupaten Bekasi-

Cerita pilu Suratno, warga Kampung Kali Ulu, RT04/RW2, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kala banjir merendam rumahnya pada Minggu (03/04/2023).

Suratno menceritakan, tepat sore hari, hujan dengan intensitas sedang diiringi petir menggelegar menjelang waktu berbuka puasa, arus deras kiriman dari Bogor (hulu) berpusat di Kali Ulu tak kuat menampung debit air sehingga meluap menggenangi beberapa rumah.

Sembari menghisap sebatang rokok kretek berlebel merah ditemani secangkir kopi, Suratno duduk di teras depan rumah berukuran kecil, dikelilingi kondisi banjir bagian ruang tamu, ia mengatakan, tak ada cara lain selain pasrah dengan kondisi itu.

“Saya pasrah, yah gimana lagi kang bersyukur ajah kita mah kondisi kaya gini, udah hampir puluhan tahun banjir engak ada solusinya, padahal tadi sore mau magrib buka puasa hujanya kecil, apalagi kalau besar, sekarang yang terendam dua kamar tidur dan bagian dapur,” kata Suratno sembari menyeruput kopi racikan sang istri saat ditemui triberita.com dilokasi.

Isapan rokok kedua kalinya, Suratno masih bercerita di depan teras, sesekali ia harus menengok kedalam rumah dimana terdapat seorang istri, anak dan ibu mertua tengah tertidur pulas, ia menyebut, terpaksa dirinya harus menjaga diluar pintu sambil memantau situasi ketika air tiba-tiba datang.

Ia lalu turun kembali, menggantikan sang ayah bergantian menguras gendangan air dengan menggunakan alat seadanya, dibalut muka muram, kusam sambil tertunduk lesu, Suratno menceritakan lebih jauh, kondisi ini seolah pemerintah Kabupaten Bekasi diam tanpa ada solusi tepat.

Tatkala musibah banjir tiba, ia tak memungkiri bahwa terkadang ada seorang petugas yang mendata bahkan ber swafoto Selfi diatas korban banjir, apa yang ada didalam benaknya tiada lain yaitu berharap adanya bantuan dari pemerintah.

Baca Juga :  Soal Pemilu 2024, Relawan Ganjar: Lembaga Negara dan APH Dipastikan Harus Netral

Namun ia harus beberapa kali kecewa, harapan mendapatkan bantuan itu pupus hanya isapan jempol belaka. Dikatakan Suratno kembali, bantuan yang ia tunggu-tunggu tak kunjung datang hingga saat ini baik dari dari Desa maupun dari Pemkab Bekasi.

“Sering pada kesini kalau banjir dulu -dulu, pada Selfi foto saya pikir buat laporan ke pimpinan, yah sampai sekarang enggak dapet bantuan kerusakan sama sekali, ada juga bantuan makan ya Alhamdulillah sih bersyukur banjir dulu kalau yang semalam belum sama sekali,” jelasnya dengan nada lirih.

Saat disinggung terkait persiapan bencana banjir tiba, dirinya tak habis akal, sebelum datang hujan, Suratno telah mempersiapkan beberapa peralatan yang dimana sebuah tempat tidur sudah ia modifikasi ala kadarnya. Bertujuan agar banjir tidak merusak perabotan rumahnya.

“Untungnya saya udah nyiapin tempat tidur pake bambu, diatas model getek panggung, jadi kalau banjir itu kasur enggak basah alat alat dapur bisa dinaikin,” ujarnya.

Dolorong itu, sorot matanya tajam berkaca-kaca, diceritakan lebih jauh, Suratno menyebut, banjir merendam kala itu terparah di dua tahun silam dan awal bulan 2023 lalu tepatnya pada Februari. Dimana banjir merendam puluhan kecamatan di Kabupaten Bekasi.

“Paling parah banjir 2019 kalau tidak salah, terus kemarin awal tahun 2023 banjir hampir seminggu enggak surut- surut hampir menggenang sebagian rumah saya, semua prabotan pada rusak kaga ada yang gantiin belum ada bantuan sama sekali dari pemerintah,” cetusnya sembari menawarkan kopi (kopi kang).

“Saya sih berharap ya kang ada normalisasi kali soalnya udah mulai terjadi pendangkalan sungai, atau dibuatnya tanggul di bantaran sungai juga supaya nahan air biar tidak meluap,” sambungnya.

Baca Juga :  Kunjungan Kerja ke Pemkab Bekasi, Ini Yang Dikatakan Ketua Komisi X DPR RI soal Bullying di Sekolah

Kekesalan juga dilontarkan Yanti warga Karang Raharja RT03/RW02, Kecamatan Cikarang Utara, ditengah santap hidangan berbuka puasa, air tiba-tiba menggenangi teras rumah dan masuk kedalam ruangan.

“Tadi pas sore, kita abis buka puasa, air mulai masuk dari kiriman Kali Ulu, meluber ke dalam terpaksa kita keluar bersihin airnya biar surut,” kata Yanti disela sela kesibukan menguras gendangan air.

Dengan kondisi itu, Yanti terpaksa absen pada ibadah sholat taraweh, sebab kondisi air mengancam anak-anaknya, ia harus ekstra ketat menjaga air supaya tidak masuk kedalam rumah hingga sahur nanti.

“Terpaksa enggak taraweh, kasihan anak-anak takut air dateng lagi, sahur juga terganggu mudah-mudahan udah surut nantinya,” jelas Yanti.

Atas musibah ini, ia selalu berpesan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bekasi agar ada penanganan serius terkait banjir tersebut.

“Saya udah sering ngomong ke desa, harusnya ada penanganan serius, setidaknya ada pengerukan kali ini kan udah lama banget enggak di keruk-keruk, tolonglah pemerintah Kabupaten Bekasi buka telinga buka mata liat kita yang di bawah bukan saya saja tapi banyak yang terdampak,” tandasnya.

 

Pesan:

Tim triberita.com merangkum kisah warga Cikarang, Kabupaten Bekasi ini tidak serta merta menyudutkan satu pihak, instansi, institusi maupun dinas terkait, melainkan menyampaikan keluhan dan derita yang masyarakat di Kabupaten Bekasi alami berdasarkan fakta dilapangan.

 

Melalui BPBD Kabupaten Bekasi, masyarakat perlu dibekali dengan adanya mitigasi bencana, dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko, dampak buruk atau hal lain yang tidak diinginkan, akibat dari suatu peristiwa, yang umumnya adalah bencana. Mitigasi adalah upaya yang bertujuan untuk menurunkan risiko dan dampak dari bencana.

Baca Juga :  Peduli Sesama, PWI Bandung Barat Open Donasi untuk Bencana di Cianjur

 

Reporter/ Penulis: Abdul Kholilulloh

Facebook Comments
Example 120x600