Triberita.com | Solo – Di salah satu kota kecil di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Wonogiri, jaraknya sekitar 35 kilometer dari Solo mengarah ke selatan, terdapat salah satu destinasi wisata yang menarik. Tempat itu namanya sudah tidak asing lagi, Waduk Gajah Mungkur.
Viewnya yang menarik, menjadikan Waduk Gajah Mungkur yang luasnya sekitar 8,000 hektar itu sebagai salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi.
Tak hanya itu, Waduk Gajah Mungkur bahkan dinobatkan menjadi waduk terbesar se-Asia Tenggara.
Bagi masyarakat Wonogiri dan sekitarnya, hadirnya Waduk Gajah Mungkur ini hingga saat ini menjadi kenangan tersendiri, karena menyimpan sejarah tentang program transmigrasi pertama kali yang digagas pemerintah era Presiden Soeharto.
Dizaman itu, tahun 1976 tepatnya, pemerintah melaksanakan program transmigrasi yang pertama kali dengan sebutan ‘Bedol Deso’. Sebutan Bedol Deso, lantaran warga yang diminta meninggalkan rumahnya untuk transmigrasi ke luar Pulau Jawa tidak tanggung-tanggung jumlahnya, ada 68.750 jiwa di 7 kecamatan dan 51 desa.
Untuk diketahui, sebelum dibangun Waduk Gajah Mungkur, saat itu wilayah Wonogiri bertahun-tahun selalu dilanda banjir. Persoalan banjir ini sempat menyita perhatian pemerintah, hingga akhirnya memutuskan untuk membuat waduk yang bisa menampung air agar tak terjadi banjir.
Untuk membuat waduk itu diperlukan lahan yang sangat luas. Mau tidak mau harus menggusur warga. Sebagian besar warga yang tergusur kemudian diminta mengikuti program transmigrasi yang diselenggarakan Pemerintah Orde Baru.