Scroll untuk baca artikel












Banten RayaBeritaNewsSocial Media

Antisipasi Kemarau Kering di 2023, BMKG Sebut akan Lebih Parah dari Tahun Sebelumnya

176
×

Antisipasi Kemarau Kering di 2023, BMKG Sebut akan Lebih Parah dari Tahun Sebelumnya

Sebarkan artikel ini

pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung

Ilustrasi Kemarau. Anak-anak sekolah melintasi sebuah perkebunan yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang. (Foto : intermet)
Ilustrasi Kemarau. Anak-anak sekolah melintasi sebuah perkebunan yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang. (Foto : intermet)

Triberita.com, Serang Banten – Musim kemarau 2023 diperkirakan akan lebih kering dibanding 3 tahun sebelumnya. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak masyarakat memanen air hujan untuk persiapan.

“Mumpung saat ini hujan masih turun, maka kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung,” ungkap Kepala (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Hal itu disampaikan Dwikorita usai Kick-off 10th World Water Forum (WWF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (15/02/23) lalu, dalam rilis (BMKG). Kamis (16/02/23).

Dwikorita menguraikan dalam waktu beberapa bulan yang akan datang, curah hujan dengan kategori intensitas rendah diprediksi dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

Adapun sektor-sektor yang terdampak seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan, perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan rendah tersebut.

“Pada saat kemarau nanti, air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau. Utamanya daerah-daerah yang rawan kekeringan seperti Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB),” imbuhnya.

Ditambahkan Plt Deputi Bidang Klimatologi (BMKG) Dodo Gunawan, Indonesia telah mengalami kondisi La Nina selama tiga tahun terakhir yakni 2020-2021-2022 yang mengakibatkan iklim basah.

Pemantauan terbaru, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik menunjukkan bahwa, saat ini intensitas La Nina terus melemah, dengan indeks pada awal Februari 2023 sebesar -0,61.

Kondisi La Nina, menurut Dodo diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju kondisi Netral pada Februari – Maret 2023. Kondisi ENSO (El Nino Southern Oscillation) Netral, diprediksi akan terus bertahan hingga pertengahan tahun 2023.

Baca Juga :  IeSPa Banten Akan Selenggarakan Seleksi Fornas Bandung

Dampaknya, musim kemarau tahun 2023 diprediksikan lebih kering dibandingkan 3 tahun terakhir.

“BMKG bekerja sama erat dengan sektor-sektor yang dapat terdampak oleh kekeringan, dengan memberikan informasi update reguler mengenai perkembangan iklim maupun bersama-sama menetapkan langkah-langkah mitigasinya,” pungkas Dodo.

Lebih Lanjut, Dodo merinci, daerah yang diprediksikan mendapatkan potensi curah hujan bulanan dengan kategori rendah (akumulasi kurang dari 100 mm/bulan) berpeluang besar terjadi sebagai berikut:

Maret: di bagian tengah Sulawesi Tengah,

  1. April: sebagian (NTB), sebagian (NTT), dan bagian tengah Sulawesi Tengah
  2. Mei: bagian selatan Sumatera Selatan, pesisir utara Banten, DKI Jakarta, pesisir utara Jawa Barat, bagian timur Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian (NTB), dan sebagian (NTT)
  3. Juni: sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, dan sebagian Papua bagian selatan
  4. Juli-Agustus: sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Utara dan sebagian Papua.

“BMKG bekerjasama erat dengan sektor-sektor yang dapat terdampak oleh kekeringan, dengan memberikan informasi update reguler mengenai perkembangan iklim maupun bersama-sama menetapkan langkah-langkah mitigasinya,” pungkas Dodo.

Sumber: BMKG

Reporter / Penulis: Daeng Yusvin

Editor: Riyan

Facebook Comments
Example 120x600