Triberita.com, Serang Banten – Dampak fenomena alam, El Nino mulai terasa di Provinsi Banten.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian (Diatan) Provinsi Banten, tanah persawahan seluas 949 hektare mengalami kekeringan akibat El Nino, atau musim kemarau lebih panjang dari biasanya.
Diketahui, fenomena pemanasan suhu muka laut atau yang disebut El Nino, menyebabkan kemarau atau kekeringan tersebut tengah terjadi.
Kekeringan terjadi hampir di seluruh wilayah Banten. Namun, mayoritas terjadi di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Tangerang.
Kepala Distan Provinsi Banten, Agus M Tauchid mengatakan, lahan persawahan yang mengalami kekeringan di Banten tiga hari berturut-turut, terus mengalami peningkatan 10 persen sejak 7 Agustus 2023 hingga 9 Agustus 2023.
“Tercatat pada 7 Agustus, lahan sawah yang terdampak kekeringan capai 639 hektare, 8 Agustus naik menjadi 794 hektare, dan 9 Agustus mencapai 949 hektare,” ujar, Agus.
Ia merinci, sawah kekeringan dengan status ringan 910 hektare, yang sedang 23 hektare, dan yang status berat 6 hektare. Selama tiga hari berturut-turut ada peningkatan jumlah serangan yang terkena dampak El Nino.
Sementara itu, persawahan di Kabupaten Lebak, mulai kekeringan akibat dampak perubahan iklim El Nino yang diprediksikan puncak kemarau Agustus-September 2023.
Ahmad (55), petani di Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak mengaku, sudah dua pekan tidak ada curah hujan, sehingga padi berusia 15 hari setelah tanam terjadi kekeringan.
Pertanian padi sawah yang mulai kekeringan diperkirakan sekitar puluhan hektare, dan jika tidak mendapat pasokan air dipastikan tanaman padi mati.
Para petani menanam padi pada Juli 2023 lalu di areal persawahan tadah hujan, dan tanam padi yang mengandalkan curah hujan.
Karena itu, Ahmad berharap, pemerintah daerah dapat memberikan pompa pantek dengan menyedot air dalam tanah, karena areal persawahan di wilayahnya tidak ada sumber air dari aliran sungai maupun irigasi.
Selanjutnya, untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen, Kepala Distan Provinsi Banten, Agus M Tauchid mengungkapkan, pihaknya bakal melakukan sistem pompanisasi untuk membantu petani mengalirkan air dari sungai ke sawah mereka.
“Bagi daerah yang tidak terdapat sumber air, maka akan dilakukan pembangunan sumur pantek atau sumur bor,” terangnya.
Ia mengaku sudah ada beberapa wilayah yang mendapatkan bantuan dari Pemprov Banten. Misalnya saja di Cikeusik, Pandeglang pada hamparan 1.000 hektare.
“Disitu ada sumber air, kami lakukan sistem pompanisasi alhamdulillah terselamatkan,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Agus mengatakan, sebagian besar pertanian padi di Banten pada bulan Agustus ini, sudah mulai memasuki musim panen. Bahkan, di wilayah Kabupaten Pandeglang dan Lebak, sudah menggelar panen raya pada bulan Juli lalu, sehingga cadangan beras di Banten diklaim masih aman.
Hal itu seiring dengan adanya imbauan pemerintah untuk melakukan penanaman lebih cepat, untuk mengantisipasi kekeringan di musim kemarau.
“Mudah-mudahan cadangan pangan untuk Banten masih cukup tersedia, dan dipastikan El Nino tidak menakutkan,” ujarnya.