Scroll untuk baca artikel
triberita.com
Berita

Deindustrialisasi di Indonesia, Suatu Ancaman atau Peluang?

406
×

Deindustrialisasi di Indonesia, Suatu Ancaman atau Peluang?

Sebarkan artikel ini
Mohammad Nur Rianto Al Arif Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Foto : Istimewa).

Tribertita.com | Jakarta -Fenomena deindustrialisasi semakin nyata terjadi di Indonesia. Deindustrialisasi adalah suatu fenomena proporsi sektor manufaktur dalam struktur ekonomi suatu negara mengalami penurunan signifikan, baik dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam lapangan kerja.

Deindustrialisasi seringkali terjadi sebagai hasil dari pergeseran struktural dalam ekonomi menuju dominasi sektor jasa dan sektor non-manufaktur lainnya, artikel ini akan menganalisis penyebab deindustrilisasi di Indonesia, beserta ancaman yang dapat muncul, sebagai akibat dari deindustrialisasi.

Selain itu artikel ini akan mencoba menawarkan solusi untuk mengatasi deindustrialisasi di Indonesia secara umum, terdapat beberapa indikator terjadinya deindustrialisasi di Indonesia.

1. Penurunan kontribusi PDB dari sektor manufaktur. Jika sektor manufaktur menyusut dalam hal kontribusi terhadap PDB secara berkelanjutan, ini dapat dianggap sebagai indikator deindustrialisasi, perubahan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pergeseran fokus ekonomi ke sektor jasa atau pertanian.

2. Penurunan proporsi lapangan kerja di sektor manufaktur. Deindustrialisasi seringkali terlihat dalam penurunan proporsi tenaga kerja yang bekerja di sektor manufaktur. Jika banyak pekerja beralih ke sektor jasa atau sektor lainnya, ini dapat menandakan pergeseran struktural dalam ekonomi.

3. Pertumbuhan sektor jasa yang cepat. Jika sektor jasa mengalami pertumbuhan yang pesat dan menjadi kontributor utama terhadap PDB, hal ini dapat mencerminkan transisi dari struktur ekonomi yang didominasi oleh manufaktur menjadi lebih terfokus pada layanan.

4. Perubahan dalam nilai ekspor dan impor, Deindustrialisasi bisa tercermin dalam pola perdagangan, jika negara lebih banyak mengimpor barang manufaktur daripada memproduksi sendiri, sementara ekspor non-manufaktur meningkat, ini bisa menjadi indikasi deindustrialisasi.

5. Penurunan investasi dalam sektor manufaktur. Jika investasi dalam sektor manufaktur menurun atau tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, hal ini bisa menjadi tanda bahwa sektor tersebut tidak lagi dianggap sebagai motor penggerak utama pertumbuhan.

Baca Juga :  Berikut 6 Alasan Indonesia Sering Terjadi Gempa Bumi

6. Adalah perubahan struktur rantai pasokan global.
Jika perusahaan-perusahaan cenderung memindahkan produksi mereka ke negara-negara dengan biaya tenaga kerja lebih rendah, hal ini dapat mempercepat deindustrialisasi. Perubahan dalam struktur rantai pasokan global dapat mempengaruhi daya saing industri manufaktur nasional.

7. Adalah inovasi dan teknologi.
Perkembangan teknologi yang mengarah pada otomatisasi atau produksi yang lebih efisien bisa mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia dalam sektor manufaktur, yang dapat berkontribusi pada deindustrialisasi.

Deindustrialisasi di Indonesia, seperti di Negara-negara lain, dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor kompleks.

Penyebab utama terjadinya deindustrialisasi di Indonesia melibatkan dinamika internal dan eksternal ekonomi.

1. Globalisasi membawa perubahan signifikan dalam struktur ekonomi global.
Adanya ketidakpastian ekonomi global, pergeseran rantai pasokan, dan persaingan global dapat menyebabkan penurunan daya saing sektor manufaktur Indonesia.

2. Pertumbuhan sektor jasa yang pesat dapat menjadi penyebab deindustrialisasi. Peningkatan kontribusi sektor jasa dalam ekonomi, seperti keuangan, teknologi informasi, dan layanan lainnya, bisa mengurangi peran sektor manufaktur.

3. Perkembangan teknologi dan otomatisasi dalam proses produksi dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia di sektor manufaktur. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan lapangan kerja dan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB.

4. Krisis ekonomi, baik di tingkat nasional maupun global, dapat menyebabkan penurunan permintaan untuk barang dan jasa, termasuk produk manufaktur. Ketika ekonomi mengalami perlambatan, sektor manufaktur dapat terpukul keras.

5. Negara-negara yang sangat tergantung pada ekspor komoditas mungkin mengalami deindustrialisasi karena fluktuasi harga komoditas dan kurangnya keragaman ekonomi.

6. Rendahnya daya saing industri manufaktur Indonesia, baik dalam hal biaya produksi, kualitas produk, atau inovasi, dapat membuatnya sulit bersaing dengan produk impor.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan produksi dalam negeri.

Baca Juga :  Rentetan Gempabumi Terjadi di Indonesia Sehari, BMKG: Mulai Wilayah Timur hingga Barat

7. Ketidaksempurnaan infrastruktur dan sistem logistik yang tidak efisien dapat meningkatkan biaya produksi, mengurangi daya saing, dan membatasi pertumbuhan sektor manufaktur.

8. Investasi dalam sektor manufaktur memerlukan stabilitas dan kepastian iklim investasi.

Jika investor merasa risiko politik atau ketidakpastian makroekonomi tinggi, mereka mungkin enggan berinvestasi dalam kapasitas produksi baru.

9. Ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja dan kebutuhan industri dapat menjadi hambatan bagi sektor manufaktur, terutama dalam menghadapi perubahan teknologi dan kebutuhan pasar.

Kemudian apa ancaman yang muncul dari fenomena deindustrialisasi di Indonesia :

1. Penurunan signifikan dalam sektor manufaktur dapat menyebabkan pengangguran struktural dan penurunan tingkat pekerjaan.

Jika banyak perusahaan manufaktur tutup atau mengurangi kapasitas produksi, ribuan pekerja dapat kehilangan pekerjaan, mengancam keberlanjutan kehidupan ekonomi masyarakat.

2. Deindustrialisasi dapat memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi. Hilangnya pekerjaan di sektor manufaktur, yang sering kali memberikan upah yang relatif tinggi, dapat meningkatkan ketidaksetaraan pendapatan di masyarakat.

3. Ketika ekonomi lebih terfokus pada sektor non-manufaktur, seperti sektor jasa, dan kehilangan sektor manufaktur yang beragam. Negara dapat menjadi lebih rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan krisis di sektor tertentu.

4. Deindustrialisasi dapat mengurangi daya saing Indonesia dalam pasar global.
Jika Negara ini kehilangan sektor manufaktur yang kuat, maka kemampuannya untuk bersaing dengan Negara-negara lain dalam perdagangan internasional juga dapat menurun.

5. Ketika produksi manufaktur menurun, rantai pasokan global dapat terganggu, dan Negara menjadi lebih tergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Ketergantungan yang tinggi pada impor dapat meningkatkan risiko terhadap fluktuasi harga dan pasokan global.

Sumber : Mohammad Nur Rianto Al Arif (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Facebook Comments
Example 120x600