Scroll untuk baca artikel
triberita.com
Banten RayaBeritaKesehatan

Cegah Stunting dan Gizi Buruk, Dinkes Lebak Banten Ajak Masyarakat Tingkatkan Asupan Protein Hewani

89
×

Cegah Stunting dan Gizi Buruk, Dinkes Lebak Banten Ajak Masyarakat Tingkatkan Asupan Protein Hewani

Sebarkan artikel ini
Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Banten upaya pencegahan stunting.(Foto: Istimewa)

Triberita.com | Serang Banten – Kurang gizi kronis yang mengarah ke kondisi stunting, masih menjadi masalah serius negara kita. Dinas Kesehatan ( Dinkes) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mengajak masyarakat setempat untuk mengonsumsi protein hewani dan buah-buahan, untuk menurunkan kasus stunting atau kekerdilan karena gagal tumbuh.

Untuk diketahui, salah satu penyebab stunting meningkat signifikan pada usia 6 sampai 23 bulan, diakibatkan kekurangan protein hewani pada makanan pendamping ASI (MPASI) yang mulai diberikan sejak usia enam bulan. Sehingga intervensi setelah kelahiran untuk anak-anak yang ASI-nya sudah selesai adalah memberikan makanan tambahan telur satu dan susu.

Protein hewani mengandung asam amino esensial lebih lengkap yang bermanfaat mendukung pembentukan semua hormon pertumbuhan.

Tubuh yang kekurangan asupan protein hewani, akan mengalami kekurangan hormon pertumbuhan, gangguan regenerasi sel, sel tidak tumbuh dengan baik, belum lagi sistem kekebalan tubuh terganggu, jadi sering sakit, massa otot tidak bertambah.

Itulah sebabnya susah berkembang atau bertumbuh kalau kekurangan protein hewani. Sehingga juga menyebabkan stunting dan gangguan kognitif.

Protein hewani, tidak harus makanan mahal. Tiga sumber protein hewani yang udah dan murah adalah telur, ikan, dan susu.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Lebak, Nurul Isneini mengatakan, asupan pangan dengan kandungan gizi yang lengkap, kaya protein, nabati dan buah-buahan, sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Mengonsumsi pangan dengan gizi yang lengkap, sangat mudah dilakukan masyarakat, seperti ternak ikan, ternak unggas, tanaman sayuran dan buah, biji-bijian,serta kacang-kacangan.

“Itu bisa dikembangkan, budi daya di halaman rumah untuk berternak dan tanaman sayuran menggunakan polibag serta buah-buahan,”ujar Nurul Isneini, Minggu (28/1/2024).

Menurut dia, mengonsumsi kandungan gizi lengkap, seperti protein hewani, vitamin nabati dan buah-buahan berdasarkan hasil penelitian mampu menurunkan kasus stunting, bahkan dapat mencegah kasus gizi buruk.

Baca Juga :  Teranyar! Kasus Positif Covid-19 di Tangerang Selatan Bertambah, Tembus 135 Orang

Selain itu, pihaknya juga minta ibu hamil wajib melakukan pemeriksaan kesehatan melalui puskesmas maupun fasilitas kesehatan lainnya.

Pemeriksaan kesehatan ibu hamil itu dilakukan selama enam kali untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi dalam kandungan. Kelahiran anak juga ditangani tenaga medis puskesmas maupun fasilitas kesehatan lainnya.

Begitu juga usai persalinan, ibu memberikan air susu ibu (ASI) inklusif selama enam bulan kepada bayinya. Ibu hamil juga harus mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan protein hewani maupun protein nabati serta buah-buahan.

“Kami minta ibu hamil agar mengonsumsi aneka makanan yang mengandung protein hewani, nabati dan buah-buahan agar melahirkan anak sehat dan tidak stunting,” kata Nurul.

Bagi ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronik (KEK) dan balita yang teridentifikasi positif stunting, katanya, diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) berupa biskuit, susu dan taburizal yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi.

Bantuan MPASI itu diberikan oleh Kementerian Kesehatan, Pemerintah Banten dan Lebak.

Pihaknya mengapresiasi PT Pokphand yang menyalurkan bantuan telur untuk dikonsumsi ibu hamil yang mengalami KEK sebanyak dua butir/hari dan anak stunting satu butir/hari. “Kami berharap ke depan tidak ada lagi kasus stunting untuk mempersiapkan generasi emas 2045,” katanya.

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Lebak Tuti Nurasiah mengatakan, pihaknya bekerja keras dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) untuk menurunkan kasus stunting yang ditargetkan Presiden Jokowi pada 2024 sekitar 14 persen.

Penurunan kasus stunting itu untuk menyiapkan generasi emas tahun 2045, sehingga balita yang lahir sekarang harus terbebas dari stunting.

Jumlah anak yang mengalami stunting di Kabupaten Lebak sampai Desember 2023 sesuai data nama dan alamat (by name by address) tercatat 3,65 persen atau 3.788 balita.

Baca Juga :  Partangiangan Bona Taon Raja Sianturi se Kota Cilegon

Sedangkan berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi anak stunting di Lebak sebesar 26,5 persen, artinya dari 100 anak yang ada di Lebak, 27 diantaranya mengalami stunting.

“Kami optimistis percepatan penurunan stunting di Lebak bisa di bawah 14 persen pada 2024, karena secara by name by address sudah mencapai 3,65 persen,” katanya.

Facebook Comments
Example 120x600