Triberita.com | Serang Banten – Sebanyak 42 persen penyebab keracunan pangan di Indonesia pada tahun 2019, adalah akibat cemaran bakteri. Dari jumlah itu, sebesar 28 persen kasus terjadi di rumah tangga.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi daring yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada Kamis (25/1/2024)
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI dr. Yoga Devaera, Sp.A(K), mengungkapkan, beberapa penyebab penyakit akibat pangan adalah bakteri, virus, parasit, cemaran kimia, dan racun/toksin.
Sebagian besar penyebab penyakit tersebut, kata dia, adalah infeksi bakteri dengan jenis bakteri yang banyak sekali.
“Tetapi bisa disebabkan juga oleh virus, salah satu yang paling sering Hepatitis A yang kalau terjadi dalam satu kelompok masyarakat misalnya anak sekolah, dia bisa menjadi wabah,” ujar Yoga Devaera.
Ia menjelaskan, bahwa terkadang masyarakat merasa sangat khawatir dengan cemaran kimia dan racun atau toksin, namun terlupa bahwa hampir setengah penyebab keracunan pangan di Indonesia adalah bakteri patogen.
“Sebagian kecil 10 persen oleh kimia atau toksin, sedangkan sepertiga jumlahnya tidak diketahui,” kata dia.
Keracunan pangan, lanjutnya, sering terjadi pada komunitas atau masyarakat ekonomi rendah pada negara yang derajat kesehatan dan kebersihannya masih rendah, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan RI, keracunan pangan paling sering terjadi di rumah.
“Angkanya sebesar 28 persen sama dengan jasa boga atau katering. Kalau dilihat, rumah merupakan salah satu tempat yang seharusnya aman, namun memegang peranan cukup tinggi. Berarti ada yang salah dalam pengelolaan pangan di rumah kita masing-masing,” tuturnya.
Gejala Keracunan Makanan Kaleng
Apa saja gejala keracunan makanan kaleng yang dikenali? Berikut beberapa di antaranya:
Masalah Penglihatan
Gejala botulisme yang umum dan bisa dikenali dengan mudah, adalah terjadinya masalah penglihatan, terlebih jika mengalami penglihatan buram atau berbayang.
Juga bisa melihat gejala lain dari mata, yaitu kelopak mata yang tampak menurun. Meski begitu, masalah penglihatan bisa mengindikasikan gangguan kesehatan lainnya, jadi diperlukan pemeriksaan lanjutan atau gejala lainnya.
Perubahan yang Signifikan pada Sistem Saraf
Kelemahan otot, berbicara cadel, dan kesulitan menelan terjadi karena racun dari bakteri penyebab botulisme telah menginfeksi sistem saraf.
Ketika botulisme menyerang saraf, ia akan melemahkan tonus otot di seluruh tubuh, dimulai dari bahu, lengan, paha, betis, dan berakhir di kaki. Jika kelemahan otot ini diabaikan dan botulisme tidak diobati, bisa mengalami kelumpuhan.
Mulut dan Saluran Pencernaan
Gejala lain yang tampak dari mulut adalah kering dan menjadi sulit menelan.
Kelemahan otot karena infeksi botulisme ini, membuat menjadi sulit bicara, karena lemahnya otot di sekitar mulut. Sementara pada saluran pencernaan, gejala yang muncul adalah mual, muntah, dan sakit perut.
Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa semua makanan yang hendak dikonsumsi telah benar-benar bersih, dipilih dari bahan yang terjamin kualitasnya, dan dimasak sampai matang sepenuhnya.
Buah dan sayuran harus dicuci sampai bersih sebelum dikonsumsi, begitu pula dengan peralatan masak, harus bersih sebelum dipakai.
Untuk menghindari keracunan makanan kaleng, dengan cara mengurangi bahkan menghindari konsumsi makanan yang diawetkan dan dikemas dalam kaleng.