Tribererita.com Kota Bekasi – Masyarakat sudah familiar dengan MinyaKita, minyak murah solusi tingginya harga minyak di pasaran. Tapi belakangan ini, persediaan MinyaKita di Bekasi langka, harga jualnya di pasaran juga melambung menembus batas maksimal. Pemerintah berjanji akan mengembalikan persediaan dan harga jual seperti awal minyak ini diluncurkan.
Tahun 2022 lalu, kehadiran MinyakKita bagai angin segar di masyarakat, MinyakKita membawa masyarakat keluar dari sengkarut tingginya harga minyak goreng di pasaran. Belakangan ini konsumen minyak goreng premium disebut beralih ke minyak goreng yang diterbitkan oleh pemerintah, dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter.
Persoalan pada persediaan dan harga jual ini di Bekasi terjadi mulai dari toko besar sampai ke pedagang pasar. Penjaga Sorum Beras Choirul Utama Sembada (CUS) di Kabupaten Bekasi berinisial K mengatakan bahwa di toko ini tidak ada lagi MinyaKita sejak bulan Januari lalu.
Saat ini, minyak goreng kemasan sederhana yang tersedia hanya merk Fitri dan Camar. Kedua merk minyak goreng tersebut memang lebih mahal dibanding MinyakKita.
Harga per karton untuk kemasan 1 liter berkisar Rp190 ribu, maka harga satuannya sekira Rp15.800 per liter. Sedangkan untuk kemasan 2 liter harga per karton berkisar Rp189 ribu, setiap karton berisi 6 pcs, sehingga harganya berkisar Rp31,5 ribu per 2 liter.
“Banyak permintaan se Kabupaten Bekasi, untuk jaga pelanggan kita ambil merk Fitri dan Camar dari pada tidak ada sama sekali, karena harga MinyakKita selangit mahal,” katanya saat ditemui, Rabu, (08/02/2023).
Sebelum harga MinyaKita melambung, ia bisa memesan sampai dua kontainer MinyakKita. Sejak awal tahun, harga beli minyak murah ini mengalami beberapa kali kenaikan, kenaikannya berkisar Rp1.000 sampai Rp3 ribu.
Meskipun banyak pesanan, sejak Januari 2023 tidak lagi ada MinyaKita di tokonya.
“Dulu ambil Rp12,5 per liter, kenaikan seribu sampai tiga ribu, dan sekarang nggak berani ambil, mau jual berapa,” tambahnya.
Hal yang sama juga terjadi di pasar tradisional, para pedagang di Pasar Baru Bekasi mengaku persediaan MinyaKita langka sejak awal tahun 2023. Saat ini, ia hanya mendapat barang dari distributor dua kali dalam sebulan, itu pun tiap pedagang di pasar hanya mendapat jatah satu karton.
Padahal di tahun 2022, persediaan bisa ia dapat tiga sampai empat kali dalam sepekan, setiap kali persediaan datang, pedagang di pasar bisa mendapat 5 sampai 10 karton.
“Kadang satu bulan itu paling dua kali turun. Pokoknya, jatahnya satu toko itu kadang satu, dua (karton),” kata salah satu pedagang pasar, Rudi.
Sementara untuk harga per pcs, MinyaKita kemasan satu liter ia jual Rp15 ribu. Ia juga sadar, bahwa harga tersebut melanggar HET.
Namun, pedagang tidak bisa berbuat banyak, tidak bisa juga menjual sesuai HET. Pasalnya, harga beli para pedagang sudah diatas HET, berkisar Rp14.600.
“Nggak mungkin dong saya jual Rp14 ribu, jualnya saya sekarang Rp15 ribu,” ungkapnya.
Persediaan MinyaKita masih nampak di lapak pedagang yang lain, hanya saja tidak ada MinyaKita kemasan 1 liter, yang tersedia hanya kemasan 2 liter. Pemilik kios, Via (32) juga mengaku persediaan akhir-akhir ini sulit didapat.
Dari sisi harga juga, ia mengakui bahwa harga beli para pedagang saat ini lebih tinggi dari HET. Satu karton MinyaKita kemasan 2 liter ia dapat dengan harga Rp170 ribu, sehingga tidak mungkin lagi ia jual Rp28 ribu per 2 liter.
“Yang 2 liter kita jual Rp30 ribu, kadang paling mahal Rp31 ribu,” ungkapnya.
Via menduga, melambungnya harga MinyaKita ini lantaran pedagang tidak mendapat langsung dari distributor. Sebagian besar konsumen membeli MinyaKita dibandingkan minyak premium merk lainnya.
“Ya semoga harganya kembali seperti awal, karena banyak juga yang cari, dan lalu cepet. Kalau minyak lain kan mahal, 2 liter Rp38 ribu, kalau ini kan 30 ribu, lumayan. Kan emak-emak mah lumayan bisa sisanya buat beli garam,” tambahnya.