Scroll untuk baca artikel
Banten RayaSocial Media

Penderita Kasus Difteri Terus Bertambah, Bupati Garut Tetapkan Kejadian Luar Biasa

198
×

Penderita Kasus Difteri Terus Bertambah, Bupati Garut Tetapkan Kejadian Luar Biasa

Sebarkan artikel ini

Kasus difteri dilaporkan semakin menyebar ke sejumlah daerah di Jawa Barat

Triberita.com, Serang Banten – Kasus difteri dilaporkan semakin menyebar ke sejumlah daerah di Jawa Barat. Bahkan, Kabupaten Garut sudah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus tersebut.

Wakil Direktur Pelayanan Medis RSUD Dr Slamet Garut Muhammad Willy Indrawilis menyatakan, jumlah warga yang diduga mengidap, sebanyak enam pasien yang diduga mengidap difteri kembali masuk RSUD dr Slamet Garut.

Dengan demikian, hingga saat ini jumlah pasien yang menjalani perawatan intensif berjumlah sembilan orang, dari sebelumnya tiga pasien.

Muhammad Willy Indrawilis menyebut, dari enam tambahan pasien ini, salah satu di antaranya merupakan orang dewasa, sementara sisanya adalah anak-anak. Keenam pasien tambahan ini berasal dari sejumlah wilayah berbeda, yakni satu orang dari Kecamatan Cikajang, dua orang Kecamatan Tarogong Kidul, dan tiga orang dari Kecamatan Pangatikan.

“Keenam pasien ini mendapatkan perawatan secara intensif di Ruangan Isolasi Cempaka Atas. Pasien orang dewasa satu orang dari Tarogong Kidul, selebihnya anak-anak,” kata Muhammad Willy Indrawilis, Kamis (23/2/2023).

Dia menjelaskan gejala yang dirasakan para pasien sama, yakni mulai dari demam hingga sakit tenggorokan. Menurutnya, pihaknya belum bisa menjelaskan hasil pemeriksaan terhadap keseluruhan para pasien yang ditujuk ke RSUD dr Slamet Garut.

“Belum semua hasilnya keluar, karena masih dicek di lab. Dari kesembilan pasien, satu orang dinyatakan positif difteri, dua orang suspect difteri, dan enam lainnya sedang dalam pemeriksaan,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi adanya lonjakan pasien difteri, pihak RSUD Dr Slamet Garut saat ini telah menyiapkan tambahan ruang isolasi. Ruangan yang disiapkan ini setidaknya mampu menampung 14 tempat tidur.

Sebelumnya, wabah difteri di Kabupaten Garut setidaknya telah mengakibatkan tujuh orang anak di Kecamatan Pangatikan meninggal dunia. Mulanya, penyakit yang sangat menular dan mengancam jiwa ini menyerang anak-anak di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan.

Baca Juga :  Waspada! BMKG Klaim Potensi Cuaca Ekstrim Bakal Terus Terjadi Hingga Februari 2023

“Meninggalnya dalam waktu yang berdekatan,” kata Ketua BPD Desa Sukahurip, Yusup Hamdani, beberapa waktu lalu.

Sebagai upaya memerangi wabah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut berencana akan melakukan vaksinasi massal difteri, pada Senin (27/2/2023) pekan depan. Pemerintah daerah setidaknya telah menyatakan difteri sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Jawa Barat memantau kesehatan 72 orang yang kontak erat dengan pasien positif difteri.

Sebelumnya, 7 orang di Kabupaten Garut meninggal dunia akibat terinfeksi difteri.

“Mereka yang diambil sampel adalah kontak erat dengan penderita difteri, dan masih menunggu hasil pemeriksaannya,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani sebagaimana dikutip Triberita.com, dari Antara.

Ia menyebutkan, kasus difteri sudah mengemuka dalam empat pekan sebelumnya, dengan sebaran empat kasus observasi difteri, empat kasus suspek, dua kasus konfirmasi positif, dan 55 orang yang mengaku kontak erat dengan pasien positif.

Kasus difteri sudah beberapa kali terjadi di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan dengan mayoritas penderitanya anak-anak.

Selain itu, tujuh orang meninggal tanpa penjelasan riwayat kesehatannya, sehingga penyebab kematiannya tidak dapat dipastikan juga apakah karena difteri atau penyakit lainnya.

“Kami belum dapat memastikan apakah penyebab kematian tersebut adalah difteri, karena belum sempat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium,” tuturnya.

Pengertian Difteri

Difteri adalah penyakit menular yang dapat disebarkan melalui batuk, bersin, atau luka terbuka. Gejalanya termasuk sakit tenggorokan dan masalah pernapasan. Penyebab utama difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat memengaruhi kulit.

Penyakit ini dapat menyerang orang-orang dari segala usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. Pengobatannya meliputi antibiotik dan antitoksin untuk mematikan bakteri, Salah satu langkah pencegahan difteri yang paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri.

Baca Juga :  Oknum Pimpinan Ponpes di Banten Pelaku Cabul 29 Santriwati ternyata Beristri 3

Penyebab Difteri

Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Infeksi ini dapat menular melalui partikel di udara, benda pribadi, peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, serta menyentuh luka yang terinfeksi kuman difteri.

Selain penularan difteri juga bisa terjadi melalui air liur seseorang. Bahkan jika orang yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda atau gejala difteri, mereka masih dapat menularkan bakteri hingga enam minggu setelah infeksi awal.

Bakteri paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan. Setelah menginfeksi, bakteri melepaskan zat berbahaya yang disebut racun yang kemudian menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan lapisan abu-abu tebal. Lapisan ini umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah dan saluran udara.

Dalam beberapa kasus, racun ini juga dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal, sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Faktor Risiko Difteri

Resiko penularan difteri meningkat pada orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi.

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan difteri yaitu:

  • Berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah;
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS;
  • Gaya hidup yang tidak sehat;
  • Lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk;
  • Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun;
  • Tinggal di pemukiman padat penduduk;
  • Bepergian ke daerah yang tinggi kasus difteri.

Gejala Difteri

Umumnya gejala penyakit difteri akan muncul 2–5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Setelah itu, bakteri menyebar ke aliran darah dan menimbulkan gejala di bawah ini:

Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan;

Demam dan menggigil;

  • Nyeri tenggorokan dan suara serak;
  • Sulit bernapas atau napas yang cepat;
  • Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher;
  • Lemas dan lelah;
  • Pilek yang awalnya cair, tetapi dapat sampai bercampur darah;
  • Batuk yang keras;
  • Rasa tidak nyaman;
  • Gangguan penglihatan;
  • Bicara melantur; dan
  • Tanda-tanda syok, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat, dan jantung berdebar cepat.
Baca Juga :  Satresnarkoba Polres Serang Ringkus Juru Parkir Pengedar Sabu Di Nambo Ilir 

Pada beberapa orang difteri bersifat ringan atau tidak ada tanda dan gejala yang jelas sama sekali. Dalam kasus seperti ini, mereka tetap tidak menyadari penyakitnya dan masih bisa menularkannya ke orang lain.

Pencegahan Difteri

Satu-satunya pencegahan difteri yang paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri. Di Indonesia, vaksin difteri adalah salah satu vaksinasi yang wajib diberikan untuk balita. Vaksinasi difteri umumnya dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Nah, vaksin ini lebih dikenal sebagai imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis).

Imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4–6 tahun. Setelah ini, anak-anak perlu mendapatkan booster yang diberikan lewat imunisasi Td atau Tdap untuk anak usia di atas 7 tahun dan harus diulang setiap 10 tahun sekali, termasuk untuk orang dewasa. Selain mendapatkan vaksin, kebersihan lingkungan pun perlu diperhatikan, terutama pada pemukiman padat penduduk dan sanitasi yang kurang bersih.

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila mengalami gejala difteri, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter guna mendapat diagnosis yang tepat.

Penulis: Daeng Yusvin /Antara / berbagai sumber

Editor: Riyan

Facebook Comments
Example 120x600